
Mengenal Sosok Abah Yai Moh. Mansjur
Biografi
Mohammad Mansjur, SH. Pendiri Pondok Pesantren PPAI An-Nahdliyah, Kepuharjo, Karangploso seorang yang lahir didesa Tlogosari Ngijo Karangploso Malang pada tanggal 6 Agustus 1946 (versi Ijazah) / 26 April 1946., beliau adalah putra ke 2 dari 4 bersaudara diantaranya sauadara beliau H. Yahya Hadi Said¸ H. Ridlwan dan Hj. Masrifah Hadi dari pasangan H. Abdul Hadi Sa’id dan Hj. Rohmah Badrun.
“2 PENDIDIKAN YANG DIAMALKAN”
Ilmu yang diperoleh di lembaga pendidikan merupakan salah satu modal untuk berjuang menyebarkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat. Begitu juga yang diyakini oleh Kyai Mohammad Mansjur, Karangploso, Kabupaten Malang.
Pendidikan agama yang diperoleh beliau di dua lembaga pendidikan baik itu lembaga pendidikan formal (sekolah) maupun informal (Pondok Pesantren), merupakan modal bagi beliau untuk berkiprah di tengah-tengah masyarakat.
Sudah PNS Tetap Nyantri. Pada mulanya pendidikan agama hanyalah dari sekolah formal. Kyai Mohammad Mansjur menempuh pendidikan S.R (Sekolah Dasar Negeri) Desa Tlogosari Ngijo, Karangploso yang lulus pada tahun 1962.
Selanjutnya, beliau meneruskan pendidikan di PGAP NU (Pendidikan Guru Agama Pertama) di Singosari tamat tahun 1964, dan meneruskan di FTT UNNU Malang diselesaikan tahun 1970 dan mendapatkan gelar Sarjana Muda,. Tidak berhenti di situ saja, beliau melanjutkan ke IAIN Sunan Ampel Malang sampai dengan mendapatkan gelar sarjana di tahun 1976.
Ditengah beliau menempuh pendidikan di FTT NU, mulailah tergerak hati beliau untuk menimba ilmu di pesantren. Keinginan ini didorong oleh semangat salah satu teman bermain beliau yang terlebih dahulu berada di pesantren sejak lulus dari Sekolah Dasar.
Pada tahun 1964, saat berusia menginjak 19 tahun, berangkatlah Kyai Moh. Mansjur muda menimba ilmu di Pesanten PPAI (pendidikan Perguruan Agama Islam) Ketapang yang merupakan asuhan Kyai Muhammad Sa’id. Disamping mondok (pendidikan non formal) di PPAI Ketapang kepanjen, beliau masih melanjutkan pendidikan formal yang jaraknya bisa di katakan jauh ditempuh dari kepanjen ke kota malang + 15 KM dengan kendaraan sepada pancal setiap harinya. Karena pendidikan yang beliau tekuni antara pendidikan salaf dan modern, yang sebelumnya berada di sekolah formal dengan sistem yang modern, sedikit banyak pemikiran beliau lebih maju dibandingkan santri-santri yang lainnya. Namun demikian, Kyai Moh. Mansjur harus banyak belajar untuk menghilangkan rasa ‘Sok Modern’. Dengan tekun, Kyai Moh. Mansjur pun mengikuti pengajian demi pengajian yang diberikan di pesantren. Salah satu pengajian pengasuh yang biasa diadakan sebelum Subuh pun tak luput untuk beliau lalui. Waktu-waktu berharga di pesantren benar-benar beliau manfaatkan sehingga pelajaran-pelajaran yang ada di pesantren dapat beliau kuasai.
Pernah suatu ketika, kyai Said memberitahukan kepada para santri bahwa ada seorang santri dari Sidoarjo yang bernama Ustadz Abdul Rozak yang sebetulnya dia nyantri di pesantren Ketapang hanya beberapa bulan saja untuk tabarrukan. akan tetapi oleh kyai Sa’id malah diminta mengajar kitab Alfiyah selama beberapa waktu itu.akhirnya dipilihlah 15 orang santri di antaranya kyai Mansjur untuk mengikuti pengajian tersebut. Sewaktu berada di pesantren, kyai Mansjur sudah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), mengajar di Madrasah Diniyah desa Jatirejoso, dusun Mergosingo Kepanjen dan juga diangkat untuk mengajar di PGA Kepanjen. Namun demikian beliau pun dengan disiplin membagi waktunya, sehingga kegiatan di pesantren bisa beliau ikuti dengan istiqomah.
”Selama di pesantren tersimpan kesan-kesan yang mendalam, khususnya saat diasuh dan dibina oleh kyai Moh Sa’id,” kenang kyai Moh. Mansjur, “Meskipun hanya merasakan asuhan kyai Moh Sa’id selam dua tahun, namun terasa nikmat bisa berguru pada beliau. Tutur kata beliau itu penuh dengan kata-kata mutiara dan selalu membekas di hati.” Lanjutnya.
Suatu ketika, Mbah kyai Sa’id pernah bercerita bahwa sebetulnya beliau enggan ditunjuk sebagai pengurus NU, beliau sebenarnya lebih suka membina ummat di pesantren saja. Namun karena diminta oleh para kyai untuk menjadi syuriah NU, beliau pun tidak bisa menolaknya. Sikap itu dikarenakan beliau telah mendapatkan isyaroh, hasil istikharah yang diterimanya bahwa Nahdlatul Ulama itu min ahlil khoir (ahli kebaikan), karena itulah beliau mengiyakan saat ditunjuk sebagai syuriah NU Kabupaten Malang dan beliau laksanakan tugas tersebut dengan penuh amanat. “Sikap dan isyaroh kyai Muhammad Sa’id inilah yang menjadi pegangan saya untuk ikut berjuang, berdakwah melalui organisasi Nahdlatul Ulama.
Kiprah dan Pengabdian
- Moh. Mansjur di waktu muda menjadi seorang aktifis di jam’iyah Nahdaltul Ulama, inspirasi dari gurunyalah (KH. Moh. Said), beliau habiskan untuk terus berkhidmat di NU sampai meninggalnya beliau masih menjadi Musytasar PCNU Kab. Malang, walaupun beliau juga PNS di bawah kementerian Agama beliau masih menyempatkan waktunya diluar kerja untuk terus berkhidmat di NU diantaranya :
- Ketua Kortan LP. Ma’arif NU Kecamatan Karangploso Tahun 1976 – 1979
- Ketua Mabarrot NU Tahun 1981 – 1984
- Ketua PC LP. Ma’arif NU Kabupaten Malang Tahun 1986 – 1991
- Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Malang Tahun 1991 – 1998
- Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Malang Tahun 1998 – 2001
- Wakil Syuriyah PCNU Kabupaten Malang Tahun 2001 – 2011
- Dewan Syuro DPC PKB Kabupaten Malang Tahun 2007 – 2011
- Rois Syuriyah PCNU Kabupaten Malang Tahun 2011 – 2016
- Musytasar PCNU Kabupaten Malang Tahun 2016 – Wafat
Riwayat Pengalaman & Pekerjaan :
- Guru MI Jatirejoso Kepanjen 1964 – 1967
- Guru MTs NU Jatirejoso Kepanjen 1967 – 1972
- Penilik Pend. Agama – Kandepag Malang 1972 – 1983
- Guru MTs NU Pakis Tahun 1978 – 1983
- Kepala Sekolah SMP Hasanudin Dau Tahun 1979 – 1991
- Pengawas Depag Kanwil Prop. Jatim – 1983 – 1985
- Kepala Madrasah MTsN Filial Malang II Pandanajeng Tumpang 1985 – 1992
- Kepala Madrasah Aliyah NU Kepuharjo Karangploso 1990 – 2006
- Kepala Madrasah MTs NU Ngantru Ngantang Tahun 2004 – 2007
- Biro Bid. Keuangan UNISMA 1980 – 1989
- Pembantu Rektor IV F.H UNISMA 1989 – 1992
- Pengurus Yayasan UNISMA 1980 – 2017
- Dosen STAI Nahdlatul Ulama (STAINU) Malang 2010 – 2017
Mendirikan Pesantren
Pendirian pondok ini berawal dari wasiat almarhum H. Abdul Hadi Sa’id, tak lain adalah abah dari muassis (pendiri) Pondok Pesantren PPAI An-Nahdliyah untuk mengembangkan pendidikan Islam di Karangploso khususnya Kepuharjo.
Memang sejak kyai Moh. Mansjur berada di pesantren, abahnya yang kerapkali mengunjungi beliau di pesantren mengharapkan agar anaknya kelak bisa mengasuh pesantren seperti kyai Muhammad Sa’id. Untuk mewujudkan keinginannya itu, orang tua dari kyai Muhammad Mansjur itu mewaqafkan tanah milik keluarga seluas 1400 M3, sembari berpesan kepada kyai Mansjur: “Iki engkok kelolaen (ini nanti kamu kelola)”. Maka pada tahun 1988, pada saat berada di tanah suci Makkah, beliau bermunajat beristikhoroh kepada Allah SWT di tanah suci agar diberikan kemudahan dan kekuatan untuk mendirikan Pondok Pesantren dengan hanya mengaharapkan ada sebuah do’a dari santri kepada kyai Moh. Mansjur (do’a dari murid untuk sang guru) menjadi golongngan orang-orang yang ikhlas dan supaya selalu mendapatkan keberuntungan dan kebebasan selamat di dunia dan di akhirat
Pada awal berdirinya, tanah yang digunakan pesantren adalah tanah waqaf dari abah beliau. Pada tahun 1989 dimulailah pembangunan pondok ini dan selesai tahun 1990.
Berawal dari rencana orang tua beliau H. Abdul Hadi Said yang mewakafkan tanahnya untuk kepentingan pendidikan Islam di desa Kepuharjo Karangploso Malang, salah seorang putranya, yaitu Drs. KH. Moh. Mansjur, SH. meneruskan dan melestarikan rencana tersebut dengan mendirikan Taman Pendidikan Nahdlatul Ulama (Pondok Pesantren) di desa Kepuharjo. Peletakan batu pertama pembangunan gedung TPNU waktu itu dilaksanakan oleh Rais Syuriyah PC NU Kabupaten Malang, KH. Mahfudh Muhtadi pada tahun 1989, yang sedang melaksanakan Musyawarah Kerja PCNU Kab Malang di Ponpes PPAI Darun Najah Ngijo Karangploso. Sedangkan peresmian pembukaan Taman Pendidikan Nahdlatul Ulama (Pondok Pesantren) dilaksanakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang dihadiri langsung oleh Ketua Umum PBNU, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada tanggal 18 Juni 1990.
Disamping Madrasah Aliyah NU, Ponpes PPAI AnNahdliyah kemudian juga berhasil mendirikan dan mengembangkan Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama (MTs NU). Pendirian MTs Nahdlatul Ulama ini dilatarbelakangi adanya usulan dan permohonan dari sebagian besar orang tua wali murid dari MAPKNU. Alhamdulillah usulan tersebut dapat terealisasi, sehingga pada tanggal 25 Juni 1999 berhasil mendirikan MTs Nahdlatul Ulama. Kemudian pada tanggal 22 Mei 2001, MTs Nahdlatul Ulama mendapat Piagam Pendirian Madrasah dari Kantor Departemen Agama Propinsi Jawa Timur.
Untuk mewujudkan lembaga pendidikan terpadu, disamping meneyelenggaran pendidikan tingkat pertama dan atas, PPAI Annahdliyah pada tahun 2009 mengajukan Perguruan Tinggi ke Diktis mendidirkan Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU). Kemudian pada tanggal 10 Juni 2010 STAINU mendapatkan Piagam Ijin Operasinal dari Direktorat Pendidikan Tinggi Agama Islam Kementerian Agama.
Di tengah tingginya biaya pendidikan, PPAI An-Nahdliyah memang tepat menjadi jujugan orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Tidak perlu sedih bila ingin menyekolahkan putra-putri anda dengan biaya di bawah sekolah lain yang dirasa terlalu mahal. Di pesantren inilah kita bisa menyekolahkan putra-putri kita dengan biaya yang terjangkau. Di samping mendapat ilmu umum, putra-putri kita juga mendapatkan ilmu agama.
Pesan dan kesan Almarhum Almaghfurlah KH. Moh. Mansyur
- Moh. Mansyur memang telah tiada. Merasa kehilangan memang dirasakan seluruh Keluarga Besar PPAI Annahdliyah baik santri maupun alumni. Karena beliau telah banyak menanamkan dan meninggalkan serta mengukir banyak kenangan dan warisan kepada mereka. Sekarang beliau sudah tenang di sana. Kita sebagai pewaris beliau berkewajiban meneruskan perjuangan dan menjaga nilai-nilai tinggalan beliau yang luar biasa. Namun, jasanya akan selalu dikenang sepanjang masa. Nasihat-nasihat yang penuh maknanya juga akan selalu diingat oleh santri-santrinya dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut ini nasihat-nasihat dan pesan beliau yang penuh makna :
- “Hendaknya memiliki niat yang baik dalam mencari ilmu, yaitu dengan bermaksud mendapatkan ridho Allah, mengamalkan ilmu, menghidupkan syariah Islam, menerangi hati dan mengindahkannya dan mendekatkan diri kepada Allah. Jangan sampai berniat hanya ingin mendapatkan kepentingan duniawi seperti mendapatkan kepemimpinan, pangkat, dan harta atau menyombongkan diri di hadapan orang atau bahkan agar orang lain hormat.”
- “Di setiap jejakmu kamu tinggal, selalu ukirlah dan dirikanlah monumen kehidupan (monument of life) yang kemanfaatannya banyak dirasakan oleh orang lain.”
- Sepahit dan seberat serta sesulit apapun kondisi dan masalahmu, berusahalah untuk mampu menyimpan dan mengendalikan, jangan mudah menampakkan ke orang lain terutama ke para santri
- Santri harus mempunyai himmah atau pondasi yang kuat untuk benar-benar menjadi santri yang kokoh secara spritual dan mapan secara intelektual
- Dari sekian amalan dan wirid beliau ada beberapa yg sering kali ditunjukan (“diijazahkan”) kepada santri :
- Doa “Robbi La tadzarni fardan wa Anta Khoirul Waritsin” untuk munajat dalam setiap hajat
- Doa “Marhaban bi habibi wa Qurroti Aini Muhammad Sollallahu alaihi wa sallam” dibaca setelah mendengar adzan kalimat “ashadu anna Muhammadar Rosulullah” seraya menaruh jempol ke lidah dan mengusapkan ke mata
- Dalam setiap doa ada sholawat Tibbil Qulub dan wirid utama beliau kalimat La Ilaha illallah
Hi, this is a comment.
To get started with moderating, editing, and deleting comments, please visit the Comments screen in the dashboard.
Commenter avatars come from Gravatar.